Oleh : dr. Rully HD,SpBS., dan dr. Ajid Risdianto
Anda tentu pernah mendengar tentang Superman, kisah super
hero yang banyak menolong orang dengan kekuatan dan kemampuan terbangnya. Saya
harap anda pun pernah mendengar pemeran superman, Christopher Reeve, yang jatuh
saat memerankan Superman sewaktu syuting dan mengalami cedera leher. Cedera
leher tersebut menyebabkan Christopher Reeve mengalami kelumpuhan pada kaki dan
tangannya. Lalu apa yang terjadi padanya? Kelumpuhan itu memaksanya hanya mampu
terbaring dan duduk, serta perlahan infeksi paru menggerogotinya sehingga ia
meninggal.
Lalu kenapa cedera leher menyebabkan kelumpuhan? Leher
adalah bagian dari sistem tulang belakang, didalam tulang belakang tersebut
terdapat sumsum saraf yang merupakan sistem saraf pusat dengan susunan yang
sangat kompleks. Sumsum saraf tersebut memiliki fungsi utama menghantarkan sinyal
listrik dari otak ke anggota tubuh. Salah satu sinyal yang dipancarkan adalah
perintah untuk melakukan gerakan.
Jika sebuah kabel putus, tentu lampu di ujung kabel tersebut
tidak akan menyala. Demikian juga jika terjadi saraf yang putus akibat benturan
yang hebat, maka sinyal listrik dari otak tidak tersampaikan ke anggota tubuh
sehingga anggota tubuh tersebut tidak dapat bergerak. Kelumpuhan menjadi
komplikasi yang mengerikan akibat benturan hebat pada tulang belakang.
Kelumpuhan yang muncul dapat terjadi dengan berbagai
tingkat.
Layaknya sebuah jalan yang diblokade, masih sajaada 1 atau 2
kendaraan yang lewat. Jika memang tidak semua serabut saraf mengalami
kerusakan, masih terdapat sinyal listrik yang lewat melalui sumsum saraf
sehingga pesan dari otak dapat tersampaikan. Sedikit banyaknya pesan yang
sampai ini mempengaruhi berat ringannya kelumpuhan yang muncul.
Dalam dunia kedokteran, tingkat kelumpuhan anggota gerak ini
dibagi menjadi 5 tingkat. Dari kelumpuhan yang sangat minimal sampai kelumpuhan
total. Skala angka 0-5 biasa digunakan untuk mengukur kekuatan anggota gerak,
dengan skala 0 berarti lumpuh total, dan skala 5 berarti kekuatan anggota gerak
yang normal.
Kelumpuhan yang ada dapat memicu lingkaran setan.
Sayangnya kelumpuhan anggota gerak dapat memicu komplikasi
lanjutan pada tubuh penderitanya. Tidak adanya pergerakan tubuh dapat
menyebabkan timbulnya luka pada bagian tubuh tertentu akibat penekanan yang
terjadi terus menerus. Proses berbaring lama akibat penderitanya tidak mampu
bergerak akan menyebabkan penderitanya mudah terkena infeksi paru. Adanya komplikasi
tersebut ibarat sebuah lingkaran setan yang pada ujung-ujungnya akan makin
memperberat kondisi penderitanya.
Kelumpuhan hanya satu diantara sekian permasalahan.
Kelumpuhan saja sudah menimbulkan akibat yang mengerikan
bagi penderitanya. Ironisnya, cedera tulang belakang dapat menimbulkan efek
lain yang mengancam penderitanya. Adanya ancaman gangguan peredaran darah, gangguan
BAB, BAK, dan gangguan baal dapat saja muncul karena impuls listrik untuk
pengaturan berbagai fungsi tersebut pun melalui sistem sumsum saraf yang ada di tengah-tengah tulang belakang.
Lalu apa yang dapat dilakukan? Cedera saraf memiliki
pemulihan yang sangat susah, berbeda dengan pemulihan bagian tubuh lain. Tetapi
bukan berarti adanya cedera tulang belakang tidak memiliki harapan. Terlepas
dari berapa banyak jepitan pada sumsum saraf, membebaskan jepitan sumsum saraf
dengan cara meluruskan tulang belakang yang cedera diharapkan dapat
mempengaruhi pemulihan sumsum saraf yang ada. Operasi tulang belakang yang
dikerjakan oleh dokter bedah saraf bertujuan membebaskan jepitan sumsum saraf
dan diharapkan pemulihan dapat terjadi serta mengurangi komplikasi lanjutan.
Kalaupun memang pemulihan tidak terjadi, operasi tulang belakang diharapkan mampu
mengoptimalkan kualitas hidup penderitanya sehingga dapat terbebas dari
lingkaran setan yang mempurburuk kondisi kesehatannya.
No comments:
Post a Comment